Pesan Pengantar Investasi Aset Digital

Semua orang berhak memiliki masa depan keuangan yang lebih baik.

Situasi pandemi yang telah berjalan selama lebih dari setahun, membuat banyak perubahan. Bukan hanya kini masyakarat makin terbiasa dengan dunia digital, tapi juga semakin banyak yang menyadari pentingnya literasi keuangan.

 

Dalam beberapa bulan terakhir, minat masyarakat Indonesia terhadap aset digital mengalami peningkatan signifikan. Hal ini terlihat dari jumlah investor dan volume transaksi yang melonjak secara eksponensial.

 

Data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat, total investor aset kripto per Februari mencapai 4,2 juta. Dengan nilai transaksi harian kripto mencapai Rp 1,5 triliun, per Februari 2021.

 

Tingginya minat masyarakat terhadap aset digital pun, perlu diiringi dengan edukasi terhadap potensi dan risiko yang mungkin ditimbulkan. Pada Kamis (3/6), platform mobile untuk investasi Treasury, menggandeng Tokocrypto, meluncurkan fitur terbarunya, yaitu aset kripto.

 

Peluncuran aset kripto di platform Treasury ini, menjadi alternatif simpanan bersama emas fisik digital yang selama ini hadir di Treasury. Co Founder sekaligus CEO Treasury, Dian Supolo mengungkapkan, adalah wajar apabila orang ingin meningkatkan masa depan finansialnya.

 

Tapi, hal ini tentu juga harus diiringi oleh edukasi dan manajemen risiko yang baik. “Edukasi mengenai aset kripto sangat penting, terutama di tengah antusiasme masyarakat yang terus meningkat terhadap aset ini,” ujar Dian.

 

Sama seperti yang ditawarkan pada emas fisik digital, layanan aset kripto pada platform Treasury menawarkan ragam pilihan koin dengan volume transaksi yang tinggi, berizin, dan bisa dibeli mulai dari Rp 5.000-an yaitu; bitcoin (BTC), ethereum (ETH), binance coin (BNB) dan tether (USDT).

 

Selain itu, ada pula Toko Token (TKO) yang bisa dibeli dengan kelipatan satu token. Menurut Dian, dengan akses harga yang sangat terjangkau, kini siapa pun bisa memiliki simpanan aset kripto dengan menggunakan “dana nganggur”.

 

Karena salah satu prinsip yang harus dipegang betul ketika ingin berinvestasi ke aset kripto, adalah selalu menggunakan ‘uang nganggur’. Bukan dana kebutuhan sehari-hari atau dana untuk kebutuhan masa depan.

 

Layanan aset kripto di platform Treasury hadir dengan tampilan antar muka yang mudah dioperasikan, bahkan untuk pemula. Pengguna bisa melihat nilai aset secara total antaupun rincian dari setiap aset yang dimiliki, lengkap dengan estimasi profit/loss yang ditampilkan melalui presentase yang mudah dipahami.

 

Untuk bertransaksi, pengguna hanya perlu mengisi saldo Celengan menggunakan berbagai metode pembayaran yang disediakan. Transaksi beli jual aset kripto di Treasury dapat dilakukan setiap saat, secara real-time. Hadirnya lima aset kripto di Treasury, disebut Dian, sebagai langkah awal. Ke depan, terbuka kemungkinan para pengguna aplikasi ini, dapat memiliki varian pilihan aset kripto lain untuk dimiliki.

 

Perkuat riset

Lahirnya aset kripto , tak lepas dari teknologi blockhain yang ada di belakangnya. Blockchain adalah teknologi baru, dengan konsep desentralisasi dan pencatatan dalam buku besar dalam algoritma kriptografi yang rumit.

 

Oleh karena itu, CEO Tokocrypto Pang Xue Kai mengungkapkan, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum kita memutuskan membeli aset kripto. “Pertama, adalah volatilitasnya yang begitu tinggi,” ujar Kai.

 

Volatilitas memang menjadi salah satu karakteristik aset kripto yang paling dikenal. Dibanding pasar investasi tradisional, pemilik aset kripto sudah terbiasa olahraga jantung, karena harga aset digital bisa naik atau turun puluhan persen, bahkan hanya dalam waktu 24 jam.

 

Selain volatilitas, Kai melanjutkan, pahami juga legalitas aset kripto yang akan kita beli. Saat ini Indonesia, telah memberi izin kepada 229 jenis aset kripto. Menurutnya, karena aset digital ini berada di dalam ekosistem digital, kita juga harus waspada betul terhadap adanya risiko aset kita hilang akibat peretasan atau ancaman siber lainnya

Menjaga Keseimbangan Keuangan

Ketika kita memiliki penghasilan, sudah sewajarnya apabila kita ingin menggunakan pendapatan kita untuk berbagai hal. Seiring dengan makin banyaknya edukasi keuangan, kesadaran untuk berinvestasi kini juga semakin tumbuh di masyarakat.

 

Perencana keuangan Safir Senduk menjelaskan, besarnya penghasilan yang kita dapatkan, tetaplah memiliki peranan penting kehidupan keuangan. Namun, melakukan investasi yang terdiversifikasi juga tak kalah pentinngnya.

 

Secara umum, ia melanjutkan, ada tiga pilihan aset yang dapat dilirik sebagai pilihan instrumen investasi. Pertama, adalah real asset seperti rumah atau tanah, yang dapat dipegang wujudnya. Kemudian, paper asset, dan yang terkini adalah digital asset.

 

Menurut Safir, kepemilikan seti digital, seperti koin BTC, ETH, atau yang bersifat sebagai barang koleksi, seperti non fungible token (NFT), dapat dilirik sebagai pilihan berinvestasi “Memiliki aset digital di dalam portofolio kita, bisa menjadi upaya diversifikasi,” ujarnya.

Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memutuskan untuk menaruh uang kita ke dalam aset kripto yng relatif terbilang baru ini. Safir pun membagikan beberapa tipsnya, antara lain:

 

1. Pastikan sebelum kita memutuskan untuk berinvestasi ke aset digital, kita telah memiliki dana darurat. Selain itu, kita juga sudah harus mempersiapkan tabungan rutin, seperti untuk pendidikan anak, dana pensiun, dan asuransi.

 

2. Pelajari terlebih dahulu, koin atau token mana yang akan kita beli. Pelajari pula teknologi yang ada di belakangnya, hingga bagaimana peredaran dan prospeknya di masa depan.

 

3. Selalu pastikan uang yang kita pakai, adalah uang nganggur. Bukan uang yang akan kita gunakan dalam waktu dekat.

 

4. Selalu beli, ketika harga sedang turun. “Ketika harga sedang naik, justru kita jangan beli. Tapi, harus menyikapi tren ini sebagai rezeki,” ujar Safir.

 

5. Ada baiknya akan membeli aset digital, kita masuk sedikit demi sedikit terlebih dahulu. Misalkan, uang nganggur yang kita miliki saat ini, sekitar Rp 10 juta. Sebagai langkah awal, ketika harga sedang turun kita bisa membeli sedikit, kemudian mengamati tren.

Apabila tren harga naik, tahan diri untuk tidak hanyut dalam euforia dan langsung membeli lagi, Tapi, tunggu keika harga turun. Dengan begitu, rata-rata harga pembelian kita akan terjaga.

 

6. Jangan FOMO (Fear of Missing Out) karena setiap orang pasti memiliki profil risikonya masing-masing.

Fundamental dan Tren

Sama seperti instrumen investasi lainnya, sebelum membeli aset digital, kita juga perlu memahami fundamental dan tren dari koin atau token yang akan dibeli. CEO Tokocrypto Pang Xue Kai menjelaskan, di awal, para calon investor perlu mencari informasi tentang seperti apa kondisi pasar, apakah sedang naik atau turun.

 

Selain itu, pelajari pula bagaimana underlying dari proyek-proyek aset digital yang kita lirik. “Misalnya, BTC adalah aset yang bersifat store of value dan berguna untuk melindungi kekayaan kita dari inflasi,” ujarnya.

 

Yang juga tak kalah penting, adalah memastikan exchange tempat kita melakukan transaksi sudah terdaftar di Bappebti. Saat ini, ada 13 platform pedagang kripto yang sudah terdaftar. Pastikan pula, Kai mengingatkan, platform yang kita pilih, selalu memiliki komitmen untuk mengedukasi para penggunanya tentang keuntungan dan risiko dari kepemiliki aset-aset digital.

Peraturan Bappebti No 5 Tahun 2019 mendefinisikan aset kripto sebagai:

Komoditi tidak berwujud yang berbentuk digital aset, menggunakan kriptografi, jaringan peer-to-peer, dan buku besar (ledger) yang terdistribusi, untuk mengatur penciptaan unit baru, memverifikasi transaksi, dan mengamankan transaksi tanpa campur tangan pihak lain.

top